Saturday, February 16, 2013

Guru dan Murid

Di suatu malam, seorang guru bertanya kepada anak didiknya.
Siapa disini yang shalatnya selalu di masjid?
Siapa yang harinya tak pernah lepas dari tahajjud?
Siapa yang hari-harinya selalu dihiasi dengan dhuha?
Siapa disini yang setiap harinya selalu terdengar lantunan tilawah Ayat suci Al-Qur’an?
….
Murid pun menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan oleh sang guru. Ada yang shalatnya rajin ke masjid, namun tahajjudnya lepas. Ada yang baru bisa konsisten tilawah namun sulit untuk melakukan dhuha.
Guru pun bertanya kembali..
Shalat? berapa persen shalat kita yang khusyuk?
Berapa banyak tahajjud yang kita lakukan? apakah kita ikhlas?
infaq, zakat? berapa banyak harta yang kita keluarkan? bandingkan dengan harta yang kita keluarkan untuk kepentingan dunia.
Ibadah lain? berapa banyak dan seberapa berkualitas ibadah kita?
Murid pun terdiam. sadar bahwa amalan mereka yang begitu kecil ternyata juga belum tentu memiliki nilai yang baik.
Guru pun kembali berbicara:
Jika kita hanya mengandalkan amal ibadah kita agar diri kita masuk surga. maka yakin lah, bahwa amal kita tak akan pernah cukup.
Maka kita harus pastikan diri kita, memiliki amalan yang nilainya terus mengalir, walau diri kita sedang beristirahat, ataupun saat jiwa kita sudah diambil oleh Allah.
Saat kita mengajarkan kebaikan atau sebuah amalan kepada orang lain, dan orang tersebut mengerjakan serta mengajarkan kembali kebaikan itu. maka kita akan mendapatkan ‘transfer’ amalan dari setiap orang yang melaksanakan.
Jangan pernah merasa cukup atas amal yang sudah kita perbuat. teruslah mengajak dan mengajarkan kebaikan pada orang lain

Sumber : Guru Tobi